Sabtu Bersama Bapak - book review


Assalamualaykum! Hola everyone!

Akhirnya ada kesempatan buat nulis. review buku kece satu ini dulu~

Oke jadi buku ini yang beli Risa 2015 kemarin. Dia emang udah lama banget pengen punya beli buku ini. Saya sih awalnya ga begitu tertarik, karena waktu itu lagi jatuh cinta sama karyanya Hanum Salsabila sama Rangga Almahendra. Iya, buku 99 Cahaya di Langit Eropa, Bulan Terbelah di Langit Amerika, Faith and The City itu salah satu karangan mereka. Ada lagi satu karangan mereka yang baru judulnya I Am Sarahza. Mau beli belum sempett.Tapi akhirnya saya tergoda untuk baca SBB (Sabtu Bersama Bapak).

Yuk kembali ke Sabtu Bersama Bapak. Cetakan pertama buku ini tahun 2014 dan 2015 sudah cetakan ke enam belas! Keren banget ya! Nggak tau sekarang cetakan berapa ya...

Adhitya Mulya ini salah satu penulis favorit saya di samping Ika Natasha, Andrea Hirata, Lavyrle Spencer dan masih banyak lagi. Istrinya juga penulis namanya Ninit Yunita. Mungkin pernah denger buku atau film berjudul ‘Test Pack’? Nah itu diangkat dari novel karangan istrinya dan ga kalah banyak life valuesnya!

Buku ini life values-nya banyaakkkkk banget. Apalagi buat laki-laki. This book teaches men on how to be a good man, how to be a good husband, and how to be a good father. Indeed.

Jadi ceritanya di sini ada keluarga bapak Gunawan. Bapak Gunawan ini punya istri bernama bu Itje dan dua orang anak laki-laki bernama Satya dan Cakra (nama kecil Cakra adalah Saka). Pak Gunawan ini divonis menderita kanker dan hanya memiliki kesempatan hidup kurang lebih satu tahun. Karena kekhawatiran beliau tidak bisa mendampingi putra-putranya nanti, beliau pun membuat video tentang pelajaran-pelajaran hidup menggunakan handy cam. Dengan sangat rapi, Pak Gunawan juga mengelompokkan videonya berdasarkan kapan video itu harus di tonton. Ada video yang harus dibuka saat usia 6 tahun, 17 tahun, 25 tahun dan saat menikah.

Saya melihat karakter Pak Gunawan ini dibuat oleh Adhitya Mulya sebagai laki-laki yang well prepared, well planned. Dia bisa melihat kesempatan yang ada, sangat bijak. Well prepared and well planned-nya bisa dilihat dari persiapannya membuat video untuk anak-anaknya, kemudian menyiapkan tabungan pendidikan dan ‘sangu hidup’ buat istrinya ketika Pak Gunawan meninggal nanti. Well-prepared di sini juga harus melibatkan pasangannya. Pak Gunawan selalu melibatkan dan berdiskusi sama istrinya dalam membuat keputusan. Bener kan? In a marriage, it takes two to tango  kalo kata Hanum Rais. We must involve our other half buat memutuskan segala hal. Dari yang remeh temeh sampe hal besar. Life values Pak Gunawan yang lain seperti : tidak menyusahkan orang lain, berguna bagi orang lain, menjadi orang tua yang tidak menyusahkan anak dan sebaliknya.

Juga ada statement favoritku yaitu bagaimana  ‘anak sulung harus jadi contoh’ itu kurang tepat. Salah satunya seharusnya seperti ini. Ketika kita nantinya pengen anak bungsu meniru kakaknya, harusnya bilang gini seperti di buku “... Kang Satya, lihat tuh Saka. Dia butuh perlindungan Kakang. He needs your help.” atau satu lagi ini “... Kang Satya coba Saka di ajarin matematikanya. Saka suka ga dengerin Mamah. Maunya dengerin Kang Satya. He thinks you’re smart”. Simpel kan? Tapi kena banget !

Selain tentang video Pak Gunawan, ada pula tokoh cerita Satya— anak Pak Gunawan yang pertama— yang juga sudah berkeluarga dan memiliki tiga anak laki-laki. Di awal-awal pengenalan karakter, Satya ini dikenal sebagai bapak yang galak, berkarakter cadas, keras. Jadi suatu hari dia lagi telpon sama anak sulungnya Ryan dan tiba-tiba Ryan dimarahin karena tidak bisa menjawab pertanyaan bapaknya. (Satya ini bekerja di lepas pantai sebagai insinyur perminyakan). Dan tidak hanya Ryan, dua anak lainnya (Miku dan Dani) juga sering kena marah. Namun suatu hari, dia sedang berargumen dengan istrinya Rissa lewat telepon hingga Rissa akhirnya mengirim email pada Satya untuk tidak pulang dulu sebelum Satya mengurangi sifat tempramentalnya. Iya, via email karena Rissa takut kalau berargumen lewat telepon hanya emosi saja yang ada, tidak dengan pikiran dingin. Well bijak banget dan problem solver sekali karakter Rissa ini.

Dan cara Rissa itu berhasil. Ketika pulang, Satya menjadi bapak dan suami yang less galak, better husband and better father hehe. Karena Satya juga tidak mau dijauhi anak-anaknya hanya karena takut pada Satya. Memang perlahan, tapi akhirnya bisa. So,merubah sifat itu bisa kok asal perlahan-lahan dan orangnya juga ada niatan buat merubah sikapnya dan dibuktikan dengan perbuatan J

Satu lagi kisah tentang adik Satya yaitu Cakra atau Saka. Dia ini sudah berusia 30 tahun dan sudah mapan secara finansial tapi masih jomblo. Dia belum menemukan tambatan hati. Alasannya karena dia ingat dengan pesan Bapaknya di video bahwa jadi laki-laki harus siap dulu semuanya. Paling tidak punya papan untuk tinggal dengan istrinya nanti. Salah satu qoute favorit saya di buku ini adalah “Istri yang baik itu mau diajak melarat suaminya. Tapi suami yang baik tidak akan tega membuat istrinya melarat.” Cakra juga dikarakterkan suka grogi di depan cewek. Mungkin itu salah satu alasan kenapa sampai usia 30 tahun belum menikah hehehehehe. Tapi akhirnya dia menikah dengan salah satu teman kantornya bernama Ayu. Lucunya mereka ini dijodohkan secara tidak langsung oleh ibu mereka masing-masing. Pokoknya lucu deh!

Terus ada nih yang saya suka dari karakter bu Itje yang tegar, tidak mau menyusahkan anaknya dan pintar menyimpan rahasia. Yang saya suka adalah saat mau menjodohkan Saka ke anak temannya itu. Waktu itu Cakra/Saka ini tidak mau dijodohkan karena kata Saka sudah kuno, jaman Siti Nurbaya. Namun Bu Itje meyakinkan Satya bahwa perjodohan sekarang bukan seperti itu. Perjodohan ini ga harus menikahkan si A dengan si B, kalau tidak cocok ya sudah sebagai teman. Selain itu, kalau dijodohkan sama orang tua sudah ada restu di tangan dan yang pasti Bibit Bebet Bobot tidak sembarangan. Hmm nice thought banget ya?

Ada juga statement dari Oprah Winfrey yang dimasukkan di buku ini : Find someone complimentary, not supplementary”. Jadi kalau mencari pasangan adalah yang sama-sama solid, sama sama saling menguatkan dalam berbagai aspek entah itu dari sisi agama, pendidikan dan lain-lain. Bukannya saling mengisi kelemahan. Karena waktunya akan habis jika digunakan untuk melengkapi yang lemah dengan yang kuat J Superb!! Misal nih X suka sama si Y karena si Y agamanya kuat, sedangkan si X agamanya kendor banget dan berharap si Y akan menuntun ke 'jalan yang benar'. Apalagi misalnya si X lakinya, Y perempuan. Perempuan kan lebih butuh dibimbing, bukan begitu? Hehehe. Lalu solusinya apa dong? Ya kalau menurutku si X sebelum sama Y, harus mempersiapkan agamanya juga dong. Biar bisa seimbang. 

Itulah review saya tentang buku Sabtu Bersama Bapak ini. Oh ya kenapa berjudul Sabtu Bersama Bapak? Karena Satya dan Cakra selalu melihat video dari bapaknya ini setiap Sabtu hehe.
Isi novelnya juga ga berat-berat banget. Ada yang lucu pas senda gurau Cakra (Saka) dengan rekan kantornya, kemudian candaan ustadz saat meresmikan rumah baru Cakra dan masih banyak lagi. Nggak berat deh. Simpel tapi jleb!

Sebenernya masih banyakkkk bangettt life values yang dapat di petik dari buku ini. Tapi daripada jadi spoiler, mending baca sendiri aja. Di jamin ga nyesel. Nggak cuma buat cowok, buat cewek juga bagus banget buat pelajaran nantinya ketika sudah menikah #eaa. Pokoknya WAJIB BACA sebelum menikah J

See you!



Comments

Popular Posts