Panen Moral Values : Book Review 'I Am Sarahza'
Assalamualaykum!
Finally ada
waktu setelah sekian lamaaaa nggak nulis. Banyak banget ide-ide yang pengen aku
tulis tapi berakhir jadi drafts aja
di kepala hehe. Jadi, kali ini aku pengen ngereview salah satu buku karya
penulis favorit saya, Hanum Rais. Buku terbaru karya mbak Hanum adalah ‘I Am
Sarahza’
Saya memang
penggemar Hanum Rais hehe. Hampir semua buku karyanya sudah saya baca. Mulai
dari 99 Cahaya di Langit Eropa, Bulan Terbelah di Langit Amerika, Faith and The
City dan yang terbaru I Am Sarahza ini. Buku I am Sarahza dicetak pertama April
2018. Waktu itu saya udah kepengen banget beli sampe ikut PO nya tuh tapi saya
lupa bayar ehehe. Baru kesampaian pas pulang Jogja di tengah-tengah KKN. Buku
ini ditulis mbak Hanum sama suaminya, Rangga.
Buku ini
bercerita tentang perjuangan mbak Hanum dan suaminya untuk memiliki keturunan.
Cerita diawali dengan awal bagaimana mbak Hanum dan mas Rangga bertemu. Lucu
sih sebenernya bagaimana pertemuan mereka. Tapi hal yang bikin saya ‘mikir’
adalah, setiap pasangan bertemu dengan cara yang unik. Ada yang emang karena
sering berinteraksi, dikenalin temen lah, karena KKN lah, duduk bareng di
kereta atau pesawat, even sampe ke
hal yang berbau milenial adalah ketemu di Tinder! Semua udah diatur, tinggal
bagaimana mengusahakan. Karena jodoh itu takdir ikhtiar. Emang sudah
ditakdirkan kita akan berjodoh sama seseorang, tapi ya harus ada usaha. Nggak
bisa dong, jodoh langsung jatuh dari langit. Pasti harus ada ikhtiar a.k.a usaha.
Hal lain yang dapat menjadi pelajaran adalah, jangan anggap misal si X tu
‘kayaknya’ judes deh, ‘kayaknya’ galak, ‘kayaknya’ pendiem dan ‘ilmu kayaknya’
yang lain. Yes, no judging. Biar tau
bagaimana aslinya ya dalami orang tersebut, komunikasi dengan baik dll. Di buku ini diceritain gimana perjuangan Rangga meyakinkan sosok Hanum yang terkenal 'atos'.
Kemudian
buku ini menceritakan jatuh bangun mbak Hanum dan suaminya mulai dari cara
‘manual’ punya anak, gagal progam bayi tabung 2 kali, IVF sampe 5-6 kali gagal,
dan berakhir pada keberhasilan bayi tabung yang kedua. Itu belum kehitung sampe mbak Hanum
salah satu tuba falopinya ‘pecah’ :’) Wah masya Allah luar biasa sih perjuangan
mereka, kudu wajib ain baca buku ini.
Yang saya
suka dari buku ini tuh banyak banget banget banget moral values yang bisa diambil. Pertama adalah mengenai sabar.
Gimana enggak, mereka udah menikah selama 10 tahun dan belum dikaruniai anak.
Baru dikasih amanah anak di usia pernikahan ke sebelas. Selain sabar menanti
buah hati, juga sabar menghadapi setiap ujian yang dikasih Allah. Ujian-ujian
yang ada itu dianggap sebagai sarana untuk ‘naik kelas’, sarana untuk mengambil
hikmah bahwa Allah sayang sama hamba-Nya yang sedang diuji, juga sarana untuk selalu berprasangka baik sama Allah.
Moral value
yang lain adalah tentang betapa kuat dan setianya mas Rangga sebagai suami mbak
Hanum. Bener-bener through ups and downs mas
Rangga nemenin mbak Hanum. Sampai di titik mbak Hanum depresi, mas Rangga tetep
setia nemenin. Ya beginilah kalau orang tahu betul makna pernikahan. Nggak
kayak sekarang gampang nikah tapi gampang cerai huhu naudzubillahimindzalik.
Saya suka betapa sangat positive thinking dan mampu menjaga perasaan banget
salah satu sifat mas Rangga ini. Namanya rumah tangga, pastinya nggak cuma mas Rangganya saja yang kuat, namun mbak Hanumnya juga. It takes two to tango (suka banget sama kata-kata ini) dalam pernikahan hehe.
Di novel
ini juga dapet banget moral value tentang peran seorang istri. Ada cerita
tentang kebimbangan mbak Hanum memilih antara karir yang emang lagi bagus
banget atau harus nemenin suaminya sekolah S3 di Austria. Setelah mendapat
wejangan dari ibu mbak Hanum mengenai bagaimana peran istri seharusnya, jalan
yang dipilih mbak Hanum dengan berat hati adalah nemenin suaminya. Walaupun
di awal memang berat hati, namun mbak Hanum perlahan mulai mengerti apa arti
wejangan dari ibunya. Rasulullah SAW pun bersabda bahwa wanita bisa masuk surga
dari pintu manapun dengan syarat shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan,
menjaga kemaluannya dan taat pada
suaminya. Nah yang saya bold itu yang diimani mbak Hanum ketika bimbang.
Last but not least moral values dari buku ini adalah tentang
harapan. Sesuai dengan tagline dari buku ini ‘Di mana ada harapan, di situ ada
kehidupan’. Biasanya kan tagline nya sebaliknya. Saya setuju banget sama tagline nya. Semua hal itu pasti diawali
dengan harapan/mimpi kan. Tapi, harus diimbangi dengan perbuatan/action. Kan dreams don’t work unless you do. Misal pengen jadi dokter spesialis
anak (harapannya), ya caranya dengan belajar bener, selalu berdoa sama Allah
dan tawakal.
Sebenernya
masih banyak banget moral value yang ada di buku ini. You guys better read it yourself. Aselik bagus banget. Membaca
lembar demi lembar jadi cerminan dan mikir betapa kesulitan kita nggak lebih
berat dari apa yang dialami orang lain. Jadi bersyukur, bersyukur dan
bersyukur. Itu kunci utama kalau hidup mau happy.
Karena Allah akan menambah nikmat-Nya bagi hamba-Nya yang selalu bersyukur.
Buku ini diceritakan dengan kata-kata yang ringan, mudah dicerna. Enteng tapi
berat (banyak) pelajaran yang bisa diambil.
Yang belum
punya bukunya segera beli bukunya dijamin nggak bakal nyesel deh :D
Wassalamualaykum!
*Pic source : https://www.gramedia.com/products/i-am-sarahza



Comments
Post a Comment