Marriage : What I hear, I witness and learn from them ~ (part 1)


Assalamualaykum!

I’m back! Setelah terakhir nulis tentang KKN, udah 2 bulan lebih ya? Sebenernya bukan karena stase bedah yang sibuk sih. Ide tentang topik ini udah muncul lamaaa banget di kepala, hanya butuh mood yang bagus untuk menuliskan dalam kata-kata eaa. Kayaknya bakal aku bagi jadi 2 part nih karena puanjaaaang *emang

Topik tentang pernikahan emang ga pernah ada habisnya untuk dibahas ya. Apalagi buat usia-usia seperti saya. Around 20 sekitar 20-30-an tuh lagi anget-angetnya. Yes, marriage is one of quarter life crisis. Buat kalian yang di usia 20an, pasti lagi banyak-banyaknya dapet cerita atau berita di sekiar kalian seperti : Si A mau tunangan, si B habis lamaran, si C nikah bulan depan, si D dah punya anak, dll dll. Iya. Saya ngerasain banget dalam satu tahun ini tuh mendengar cerita di atas dan ya, ujungnya adalah tentang menikah. Sebenernya apa ada apa sih dengan these marriage thingy? Here is what marriage in my perspective :

Marriage is….

Kalau dari beberapa buku tentang pernikahan yang sudah saya baca, menikah itu salah satu perjanjian yang sakral di hadapan Allah. Pernikahan termasuk mitsaqan ghaliza. Mitsaqan ghaliza ini salah satunya adalah tentang turunnya wahyu dari Allah kepada Nabi-Nya. Aku sih merinding dengernya… Sesuatu yang ga bisa buat main-main, karena perjanjian langsung yang ‘disaksikan’ oleh Allah. Jadi dalam mempersiapkannya pun juga ga bisa main-main dong ya. Banyak sekali faktor yang harus dipersiapkan dari kedua belah pihak yang akan menjalani.

Some people also say, menikah itu nggak cuma menyatukan 2 kepala orang yang berbeda. Tapi lebih dari itu, menyatukan banyak kepala dari dua keluarga. Menikah juga tentang belajar seumur hidup. Belajar tentang bagaimana menjadi seorang istri, jadi suami, jadi orang tua nantinya kalau sudah punya anak dan belajar peran-peran lain yang kita belum pernah lakoni sebelumnya.

Marriage is not a wedding. Mungkin pernah denger istilah itu ya. Kenapa istilah itu muncul, karena selama ini kita sibuk merancang bagaimana pernikahan impian. Mau pake baju rancangan ini lah, mau pesen undangan yang kaya itu lah, mau di gedung ini, mau souvenir itu dan lain-lain. Kita lupa mempersiapkan marriage nya, alias mahligai rumah tangga setelah resepsi dan teman-temannya itu. Padahal marriage life itu jauh lebih penting daripada wedding nya. We’re gonna live in the marriage for a lifetime. Kedengarannya serem ya hahaha. Maka dari itu, evaluasi diri lagi, kita ini emang udah bener siap menikah atau sekedar pengen aja? #notetomyself. Okee yuk mari kita lanjut ke poin-poin selanjutnya tentang makna menikah menurut yang aku dengar, saksikan dan pelajari ehe.

Menikah itu tentang pengorbanan

Nah di sini saya belajar dari apa yang saya lihat dari kehidupan rumah tangga bapak-ibuk selama ini. Iya menikah itu tentang saling berkorban satu sama lain. Salah satu konkritnya adalah, dulu waktu bapak sama ibuk pengen sama-sama sekolah spesialis. Kami bertiga masih kecil-kecil, nggak mungkin dong ditinggal sendiri cuma sama mbak ART waktu itu. Jadi ya ibuk harus berkorban. Bapak dulu yang sekolah spesialis, dan ibuk ambil S2 magister. Mungkin kalau waktu itu ibuk nggak mau mengorbankan ‘mimpi’ sekolah nya, bisa jadi kami bertiga jadi terlantar. Tapi pengorbanan nggak ada yang sia-sia kan? Allah kasih kesempatan ibuk untuk sekolah spesialis di tahun 2010. Yaa sudah nggak muda lagi  memang usianya untuk sekolah spesialis, tapi Allah kan nggak akan pernah berhenti mendengar doa hamba-Nya kan? :’)

Contoh lain dari mbak sepupu dan mas sepupu saya. Mbak sepupu saya rela ngga kerja demi bisa nemenin anak-anaknya. Padahal dia pengen banget kerja. Tapi ya itu, buat mbak sepupu saya katanya family comes first. Keharmonisan rumah tangga lebih penting daripada uang.

Menikah itu tentang komunikasi

Ini nih hal yang paling penting dalam suatu hubungan. Yup, KO-MU-NI-KA-SI. Nggak bisa dong dua orang yang dalam hubungan— apapun itu – cuma diem-dieman kayak Limbad. Harus ada yang memulai untuk komunikasi dan kalau komunikasi itu ya harus 2 arah agar tau isi kepala masing-maing individu. Dan saya melihat langsung betapa esensialnya unsur komunikasi ini dalam suatu hubungan. Lagi-lagi dari bagaimana orang tua saya ‘berkomunikasi’. Setiap hari bapak sama ibuk tuh ketemu di meja makan dan ngobrolin apaaaaaa aja yang mereka alami seharian itu. Topik yang dibahas mulai dari pasien unik yang ditemuin sampe hal politik bisa ada di meja makan. Kalau pas Sabtu sama Minggu atau pas kami ada waktu pulang ke Wates, pasti kumpul di meja makan terus dengerin bapak sama ibuk cerita atau kami bercerita. Surprisingly, saya suka aja kalau bapak cerita ke ibuk atau sebaliknya, beliau-beliau pasti excited satu sama lain dan menjadi active listener. Komunikasi antara bapak ibuk juga sudah mereka jalin dengan baik bahkan sebelum mereka menikah. Saya pernah nemu surat cinta dari bapak ke ibuk circa tahun 1993. Saya bener-bener baca wkwkw. Jadi ya gitu, harus ada komunikasi antara 2 orang dan harus 2 arah dalam suatu hubungan. Dengan komunikasi bisa tersampaikan maksud dan tujuan dari hubungan itu. Semoga jodoh kita nanti adalah orang yang bisa membina komunikasi dengan baik yaa :) Aamiin.

Marriage is acceptance

Salah satu poin penting mengenai pernikahan adalah sikap ‘nrimo’ kekurangan dan kelebihan dari kedua belah pihak. Karena kalau yang dicari yang sempurna, nggak akan pernah nikah deh kayaknya. Lalu nrimo dalam hal apa? Ya hal apapun, mulai dari fisiknya, pekerjaannya, keluarganya, kebiasaanya, sifat dan wataknya, circle pertemanannya, dan banyak lagi. Apa ya semua harus diterima langsung? Kalau prinsip saya sih, asalkan masih dalam koridor dan kaidah agama Islam, ngga melenceng ya harus diterima, ditoleransi. Kalau menyimpang dari koridor agama wah saya sih nggak mau toleransi hehe. Karena agama tuh pondasi utama dari pernikahan. Kalau hal-hal berkaitan agamanya saja nggak bisa manage, yaa gimana dengan pernikahan. Iya kan?

Kalau ada yang mbatin, "Lah kayak udah nikah aja ngasih cerita kayak gini." Hehehe kan ini dari apa yang saya lihat dari orang tua dan orang-orang terdekat saya. Jadi harapan saya, kita bisa banyak belajar tentang makna pernikahan, lebih bisa mempersiapkan pernikahan, not only the wedding :) 



Comments

  1. Wah ini super sekali, saya suka. Ditunggu part 2 nya

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts